Padahal, kalau bukan Tuhan, lalu siapa lagi yang menciptakan SEMUA perbedaan ini? Kalau Dia mau, Dia bisa saja menjadikan semua manusia 'serupa' dalam segala hal. Lalu, kenapa kita lancang menentang Tuhan dengan meludahi perbedaan? Aku sendiri tidak pernah mengunfriend yang beda pandangan, aku dan kamu bisa bersahabat walaupun kita tidak sepakat. Pernah lihat orang yang penuh permusuhan hidupnya tenang? Bagaimana kita berharap ada bunga yang tumbuh di atas kawah berapi? Yang dirahmati Tuhan adalah hubungan, bukan permusuhan. Unity in diversity. Yang aku heran, apa-apa dijadikan perdebatan. Seperti ritual medsos tahunan, mulai dari ucapan natal, perayaan valentine, bahkan juga jumlah peserta unjuk rasa! Diri ini merasa lebih baik karena pihak lain terlihat lebih buruk. Kita merasa senang atas ketidakbaikan orang. Tuhan mana yang mendukung karakter seperti itu? Padahal, this too shall pass. Semua hal pasti akan berlalu sendiri silih berganti. 10 tahun lagi, apakah yang...
Tak sedikit netizen yang meragukan tulisannya. Terutama status yang viral tersebut. Tapi Asa menampik mentah-mentah anggapan itu. "Saya berani membuktikan kalau saya yang nulis. Saya tidak pernah mengambil tulisan orang lain selain menyertakan sumbernya," terangnya. Keterampilan mengolah kata yang didapatnya memang sedikit banyak berasal dari ketekunannya dalam membaca buku dan mengamati kondisi di sekitarnya. Segala buku dilalap, mulai dari fiksi, psikologi, hingga pengembangan pribadi. Berikut status lengkap Asa yang menuai pujian dari netizen: Aku pernah mematikan total hapeku selama 10 hari. Selama itu, aku tidak berhubungan dengan dunia luar sama sekali. Hanya dari situ kau bisa mengamati apa yang gadget dan koneksi internet telah renggut selama ini. Katakanlah aku terjebak dalam sudut pandang yang menggelikan. Katakanlah aku salah menyikapi kemajuan, tapi hal-hal ini yang telah kupelajari dalam 10 hari. Sudahkah kau mencoba sendiri sebelum menjustifikasi? ...
Asa Firda Inayah (18), pemilik akun facebook Afi Nihaya Faradisa, jadi perhatian di dunia maya. Status Facebook-nya dinilai mewakili pikiran yang jernih dalam memandang persoalan. Kata-katanya dianggap sangat dewasa, jauh melebihi umur sang penulis. Asa, demikian Asa Firda Inayah, merupakan siswa kelas XII IPA 3, SMAN 1 Gambiran, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi. Dia anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Imam Wahyudi dan Sumartin. Gadis kelahiran Tulungagung, 23 Juli 1998 itu mengaku lebih senang menuangkan kegelisahan melalui tulisan daripada perkataan. "Saya memang suka menulis. Mulai menulis saat kelas 10 SMA. Ide keluar begitu saja dari kepala," ujar Asa kepada detikcom di sekolahnya, Selasa (13/12/2016). Asa mengaku pertama menulis tentang kritik dunia pendidikan di Indonesia pada 17 Juli 2016 lalu. Tak disangka, tulisannya tersebut dibagikan kurang lebih 5.000 orang dan mendapat kurang lebih 6.000 likes. Tak hanya itu, ratusan warga dunia maya juga membagikan ke...
Komentar
Posting Komentar